This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sedekah, Doa, & Pamrih

Ttg sedekah, doa, dan pamrih, konsep saya memang beda. Doa itu ibadah. Seperti sedekah, di mana ia juga ibadah. Dan doa, bukan pamrih. Niat, ga bisa disebut atau disamakan dengan doa. Niat ya niat. Doa ya doa. Dari sini semua bermula. Sekedar sharing juga, he he he. Seseorang yang sedekah, kepengen anaknya sembuh, maka permintaan itu “setara/sama/serupa” dengan pengen kaya, pengen selamet, pengen nikah, pengen kerja, pengen tolak bala, pengen punya rumah, pengen terus sekolah, pengen masuk kampus favorit, pengen beasiswa di luar negeri, pengen punya anak, pengen punya modal, pengen punya modal, pengen ngembangin usaha, pengen punya usaha, pengen naik karir, dll. Ketika “pengen”, maka itu udah masuk wilayah doa. Bukan niat lagi. Niatnya apa? Ya niatnya sedekah. Doanya? Doanya supaya bisa selamet dari fitnah, dll. Semua yg disebut: setara, sama, serupa. Sebab sama-sama disebut doa. Orang shalat tahajjud. Niatnya? Ya tentunya niat shalat tahajjud. Usholii sunnatat-tahajjud… Ketika dia shalat tahajjud supaya dinaikkan derajat, supaya jadi orang kaya, dilapangkan rizki, lunas hutang, sembuh dari penyakit, dll., maka ketika ada kalimat “supaya”, maka itu masuk wilayah doa. Sedekah, tanpa doa? 1 pahala. Sedekah + doa ? 2 pahala. Bila beda di awal, maka beda pula serencengan, he he he. Saya, terhadap amal-amal lain, ya ga nyebut itu sbg pamrih. Bahkan ngarep di mata saya, adalah juga doa. Amal tinggi banget bila seseorang bisa ngarep sama Allah saja. Ga ngarep sama yang lain. Baru bermasalah, bila ngarepnya ke orang. Dia bantu orang lain, tapi ada maunya dari orang itu. Itu yg ga boleh. Atau riya (memperlihatkan amal kepada yg lain). Atau sum’ah (memperdengarkan kpd yg lain). Baca Qur’an, supaya dapat berkah. Boleh ga? Nah di sini, beda konsep. Baca Qur’an, niatnya apa? Ya pastinya ridho Allah. Ya baca Qur’an aja. Terus minta hidup berkah, kekayaan berkah, anak2 berkah, rumah tangga berkah, pekerjaan berkah, usaha berkah, umur berkah, tenaga berkah. Ketika nyebut “supaya”, itu udah masuk lagi2 ke wilayah doa. Jangankan sekedar berkah, atau katakanlah bahwa permintaan itu adalah “cuma” 1 permintaan. Dia minta sejuta permintaan, setelah baca Qur’an, atau bahkan sebelum baca Qur’an, atau bahkan nih, tanpa baca Qur’an, maka doa itu boleh banget2. Ngarep, boleh2 banget. Tidak ada satupun yang berhak melarang. Jika doa sudah disebut niat, maka itulah awal pertentangan atau perbedaan. Koq sedekah pengen kaya? Koq birrul walidain pengen diangkat derajatnya, koq dhuha pengen dibuka rizki… Salah semua jadinya. Padahal, menurut konsep yg saya ikutin, kalo masuk “supaya”, itu masuk wilayah doa sebagaimana disebut di atas. Adalah rugi jika seseorang yg beramal saleh, lalu dia tidak meminta kepada Allah. Rugi banget. Tapi saya sangat setuju, jika kemudian permintaan itu tidak hanya bersifat duniawi belaka. Tapi minta ridho Allah, minta surga, pengampunan, selamat dunia akhirat. Apapun, itu namanya “minta”. Yg bagus, beramal yang banyak, dan minta yang banyak. Tulisan yg gini2, sdh jadi buku kompleto atas izin Allah. Judulnya: Boleh Ga Sih Sedekah Ngarep? Boleh juga ada yg mengatakan. Niatnya melaksanakan tugas kantor. Ngejar target. Supaya naik pangkat, supaya promosi. Supaya naik gaji. Itu kalau di dunia manusia kerja. Apalagi kalau niatnya ibadah, ya keren banget. Seluruh motivasi dunia, dibenarkan, menurut saya, jika mencarinya “hanya” di Sisi-Nya, dan dg Cara-Cara-Nya. Dunia adalah milik Allah. Dekatkan semua yang pengen dunia, dengan Pemilik-Nya. Supaya mereka tidak meminta dunia dari selain-Nya, dengan cara-cara yang tidak diridhai juga oleh Pemilik-Nya. Dan ajarkan mereka yang kepengen dunia, sebagaimana kita mengajarkan karyawan-karyawan kantor u/ bekerja terbaik, ngejar target, lalu dapet bonus terbaik juga. Maka ajarkan yg pengen dunia, apa-apa yang diperintahkan Pemilik Dunia, spy dapat bonus banyak fii-haadzihil-hayaatid-duniaa… Ajarkan mereka yang pengen dunia, untuk meninggalkan seluruh larangan Pemilik Dunia. Spy dapet. Atau dapetnya dengan ridha-Nya. Sbb banyak yg dapat, tp tidak dg Ridha-Nya. Dengan cara-cara yang benar, cara2 yg betul, yg hati2, tapi penuh semangat, sbb dunia memang milik Allah. Sementara itu, Allah pun mengajarkan, bahwa semua dunia ini, ga ada seberapanya dibanding apa-apa yang Allah akan berikan di negeri akhir. Ini dia… Ga seberapa dibanding dengan apa-apa yang Allah akan beri di negeri akhir. Jadi, bukan ga boleh. Justru boleh banget. Malah dimotivasi, bahwa akan dapat yang lebih baik lagi nanti di akhirat. Ajarkan pula kehati2an, bahwa jangan sampe berhenti di expecting something about dunia only. Harus lebih powerful. Minta itu selalu dua, selalu seimbang: permintaan dunia, permintaan akhirat… Kayak yg diajarkan Allah sendiri: Rabbanaa aatinaa fid-duniaa hasanah, wafil-aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaabannaar. Permintaan seimbang pun trnyata msh ga seimbang. Sbb Allah ngajarin 2:1, dua banding 1. Permintaan kebaikan negeri akhir, msh ditambah permintaan selamat dan terlindungi dari api neraka. Dua permintaan berbanding 1 permintaan di dunia. Ini sekaligus ngajarin juga kita, bahwa sebaik-baik permintaan, tetap permintaan akhirat. Tapi permintaan akhirat, tetaplah permintaan. Artinya, ya harus juga diminta. Jangan diem aja. Jangan sampe sedekah ya sedekah saja, baca Qur’an ya baca Qur’an saja, dhuha ya dhuha aja, berbuat baik ya berbuat baik saja. Jangan. Kudu ada permintaannya. Kudu ada doanya. Salam. Selamat berbuat baik, dan berdoalah. Sesungguhnya Allah menunggu dan mendengar doa. Silahkan share apa2 yang didapat di www.yusufmansur.com atau di twitter @yusuf_mansur, ke sebanyak2nya orang. Dan salamkan salam saya, agar perbanyak sedekah, supaya doa lebih maqbuul lagi. Lebih dikabulkan. Juga jaga shalat fardhu berjamaah, di masjid, khususnya di masjid, dan sebisa mungkin jauhi dosa, jauhi maksiat.

Yuk, Belajar Bahasa Dunia

Satu hari belajar satu kosakata bahasa Arab. Supaya bisa bahasa Qur’an. Bahasa surga. ODOA untuk Qur’an kan udah. Sekarang, One Day One Arabic. Semua bahasa bakalan musnah. Ga kepake. Kapan? Saat masuk alam kubur. Apalagi di akhirat sana. Satu-satunya, ya bahasa Arab. Maka nggak ada salahnya dan bakal banyak manfaatnya jika kawan-kawan, dengan latar belakang apapun, berkenan belajar bahasa Arab. Satu hari satu kosakata per kalimat. Cukup. The Newest - 24102014 Ucapkan misalnya: Terima kasih. Tapi tambahin, “Terima kasih. Syukron. Jazaakumuwllooh.” Syukran = Terima kasih. Dalam arti yang lebih dalam lagi. Jazaakumuwllooh = semoga Allah membalas kamu. Ahsanal jazaa=dengan balasan yang lebih baik. Ucapkan, “Bye... Ma’assalaamah.” Ma’assalaamah = Semoga selamat, menyenangkan, ga ada masalah apa-apa. Keren kan bahasa Arab itu? Kerener. “Good Morning. Shobaahus Suruur. Pagi yang menyenangkan.” Banyak ungkapan dalam bahasa Arab yang juga mengandung doa2dankebaikan. “Apa kabar? Kef haalukum? Bagaimana keadaan kamu? Alhamdulillaah?” Jawabnya, “Bikheir, shih-hah wa ‘aafiyah. Alhamdulillaah.” Bikheir = Baik. Tapi baik yang bermakna lahir batin. Shih-hah wa ‘aafiyah. Sehat yang enak dibawa taat dan ibadah. 271014- 17.jpg InsyaaAllah saya bantu kawan-kawan untuk bisa ngakrabin bahasa Arab sehari-hari. Dan siapa aja yang bisa bantu yang lain, bantu ya. Bahasa Qur’an, bahasa surga. Ucapin, “Morning all…”. Gapapa. Tapi tambahin, “Morning all… Pagi. Assalaamu’alaikum warohmatuwlloohi wabarokaatuh.” Dobel-dobel kerennya dah. One Day One English. Ok. One Day One Caina. Ok. One Day One Arabic. One Day One Bahasa Dunia dah. It’s Kerenest. Paling keren. Mumtaaz. 2019 mudah-mudahan kita-kita dah bisa minimal 7 bahasa. Aamiin. Satu hari satu percakapan, maka satu 365 percakapan. Lima tahun? Wuih… 1825 percakapan. Slow but sure. Mahlan mahlan. Laakin, ‘ajiib… Slide10 Ucapkan ini ke istri. “Uhibbuki, Yaa Nuuro Qolbii… Saya cinta Kamu, Duhai Cahaya Hatiku.” Sambil ngasih 10 juta. Dijamin istri senyum lebar. Pelajari bahasa dunia. InsyaaAllah suatu saat bahasa itu dengan izin Allah membawamu ke tempat asalnya. Siapa tau dengan belajar bahasa Qur’an, yakni bahasa Arab, bisa membawamu ke surga. Asal dengan niat ikhlas. Pengen nuntut ilmu karena Allah. Jangan berpikir kayak the loser ya. Ga demen saya. Dan diskusi ini jgn dibawa ke diskusi negatif. Be positif. Jangan sampe ada kalimat, “Emangnya kalo bisa bahasa Arab pasti bisa masuk surga?” He he he. Ga begitu. Tapi mempermudah, insyaaAllah iya. Lagian belajar bahasa lain, insyaaAllah menyenangkan kok. Once, marroh, suatu saat, ketemu orang, dari negeri asal tuh bahasa, wuih… Seneng. Kalo orang saleh, bertaqwa, masuk kubur, sedangkan dia ga bisa bahasa Arab, gimana? Menurut saya, kejauhan nanyanya. Let’s talk. Hayya natakallam. That’s all. Haakadzaa. Mulai aja. Start it. Ibda-‘ faqod. ziyaadah insyaaAllah kulla yaum. Bakal nambah tiap hari. Yusuf Mansur Jangan bawa ke diskusi yang aneh-aneh. Segaris. Senafas. Supaya frekuensinya positif. Okkay? Akiid? Muwaafiq? Agree? Setuju? Sepuluh, he he he. Kecup keningnya suami… dankatakan… “Habiibiie… ghodan shoum ‘asyuuroo… muwaafiq…? Kekasihku… besok kita puasa asyuro yuk?” Suami jawab, “Habiibatii… insyaaAllah ana ma’aki filjannah… kekasihku… kalo begitu, aku akan bersamamu di surga…” Washoltu fi baitii… I have already nyampe-ed at home. Syukron li jamii’i followerii… Makasih buat follower-ku. Follower, followerii, hehehe. Yang penting dirememberi, yang penting diinget, ketika berbahasa Inggris, Arab, bahasa Indonesia tetap harus dipake. Sebab kita ini orang Indonesia. Bila ada yang baik dari saya, ambil. Silakan. Bila ada yang kurang baik, tinggal. Ga usah diambil. Saya ga bakalan kecewa. I’m the Woleser. Kalemer. Pamit dulu. See you. Assalaamu’alaikum warohmatuwlloohi wabarokaatuh.

Doamu untuk Dirimu

Negerimu & para pimpinannya barangkali ga meminta doamu. Tapi, tapi doakanlah. Doakan negeri & pimpinan2mu, sesungguhnya merekalah yang harusnya dikasihani. doamuBila doamu untuk para pimpinanmu, menambah kebaikan mereka, maka bertambah-tambah pulalah kebaikannya untuk dirimu. Semua doa, akan kembali kepada yang mendoakan. Bahkan dalam keadaan lebih baik lagi. Sebab Malaikat-malaikat yang mendoakan balik untuk dirimu. Bila engkau mendoakan yusuf mansur sehat. Lalu, dengan sehatnya, yusuf mansur bisa beraktifitas, maka amalnya juga untukmu jua. Doamu untuk yusuf mansur, maka amalnya untukmu yang mendoakan Maka kuriangkan terus mendoakan yang lain. Juga doa untuk negeri ini, bangsa ini, dan semua pimpinan2nya. Karena kutahu, semua doa, baik untukku. Doamu untuk saudara-saudaramu, adalah doamu untuk dirimu sendiri. Salam, @Yusuf_Mansur

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at

Oleh: Badrul Tamam Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ "Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus) Amal Khusus di Hari Jum'at Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda; لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ “Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad) Membaca Surat Al-Kahfi Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya. 1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736) 2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470) 3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ “Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)” Kapan Membacanya? Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at. Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237). Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199). DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241). Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at. Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala: يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ “Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12) Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala: إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114) Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir. Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.” Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya. Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93) Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah: أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ “Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93) Penutup Dari penjelasan-penjelasan di atas, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk memiliki kemauan keras untuk membaca surat Al-Kahfi dan menghafalnya serta mengulang-ulangnya. Khususnya pada hari yang paling baik dan mulia, yaitu hari Jum’at. Wallahu Ta’aa a’lam. [PurWD/voa-islam.com] - See more at: http://www.voa-islam.com/read/ibadah/2011/02/03/13112/keutamaan-membaca-surat-alkahfi-pada-hari-jumat/;#sthash.Cz8zpgJM.dpuf